Bacaan: MATIUS 18: 15,
1 KORINTUS 13: 5 – 6
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” “Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidaksetiaan, tetapi karena kebenaran. (Ia = Kasih)
Seorang pemuda tidak sengaja bertemu guru SD-nya di suatu tempat, sambil menyalami gurunya dengan penuh penghormatan, dia berkata, “Bapak masih ingat dengan saya kan, pak guru?”. Gurunya menjawab, “Tidak.”.
Murid itu heran dan berkata, “Masak sih, Pak. Bapak tidak ingat. Saya kan murid yang dulu mencuri jam tangan teman dikelas, saat anak itu menangis karena kehilangan jam, bapak menyuruh kami semua berdiri karena akan dilakukan penggledahan disaku para murid, saya berpikir. Saya akan dipermalukan dan akan diberi gelar pencuri dan akan hancur selamanya. Tetapi bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan menutup mata kami semua, bapak menggledah kantong satu persatu, saat sampai pada giliran saya, bapak merogoh kantong saya, bapak langsung mengambil jam dikantong saya dan melanjutkan penggeledahan kantong murid yang lain. Setelah selesai bapak menyuruh kami semua membuka penutup mata dan kembali ketempat duduk kami masing-masing dan melanjutkan pelajaran seolah tidak terjadi apa-apa. Masak lupa sih, Pak, karena bapak saya jadi bisa hidup lebih baik”.
Dan guru itu menjawab, “Sungguh saya tidak ingat, karena pada saat memeriksa kantong semua murid saya juga menutup mata saya. Agar tidak mengenal siapa yang mengambil jam itu, karena saya tidak mau kecewa atas perbuatan salah satu muridku, karena saya sangat mengasihi mereka semua.”
Belajar dari kisah di atas ternyata tidaklah cukup kita hanya merasa punya kasih saja tapi kita juga dituntut untuk melakukan segala hal dengan didasari kasih yang tulus, karena mempunyai kasih dan bertindak tepat berdasar kasih membuat perubahan didalam hidup seseorang. Respon yang baik yang didasarkan kasih akan membuat mereka yang bersalah tidak merasa dihakimi tetapi justru merasa dipelihara dalam berkehidupan di dalam kelompok itu.
Juga di dalam berkehidupan berjemaat, marilah kita mendasari hubungan dengan kasih yang dibuktikan dengan perbuatan kasih yang nyata dan tulus. Bahkan saat kita berhadapan dengan orang yang dianggap salah atau melakukan dosa, sudah seharusnya kita mengedepankan sikap kasih yang tanpa menghakimi. Rengkuh saudara kita itu dan pastikan apa yang kita lakukan sebagai respon atas kesalahannya, tidak membuat luka hati tetapi membuat mereka merasa dipelihara dalam keidupan berjemaat. Jika hal itu terjadi pasti akan terjadi perubahan yang positif dalam kehidupannya.
Kasih membuat kita melakukan banyak kebaikan yang mungkin bahkan kita sendiri tidak sadari saat melakukannya. Karena kasih bisa saja kita sudah merubah hidup orang lain. Tuhan Yesus Memberkati
~YS