Bacaan: 2 TIMOTIUS 3: 16
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Pas kapan itu, ketika saya sedang mengendarai motor Mio, tiba-tiba disruduk dari belakang dengan kecepatan tinggi oleh pengendara ojek online. Kami sama-sama jatuh. Untung (masih beruntung) tidak ada kendaraan lain saat itu. Lalu saya bangkit dan sudah mau misuh tipis-tipis. Tapi itu tentu saja tidak terjadi, bukan karena saya orang Kristen, tapi karena ketika pengendara ojol itu juga bangkit, saya baru sadar kalau badannya besar seperti Goliat. Tapi sebenarnya, ada banyak “sesuatu” yang membuat kita untuk menahan perbuatan dosa. Misalnya saja ketika kita ingat kalau kita ini guru Sekolah Minggu, atau majelis, atau suami pendeta, atau anaknya pak anu yang terpandang, maka otomatis kita menjaga kelakuan kita.
Ketika bangkit, pengendara ojol yang budiman itu langsung munduk-munduk minta maaf. Dia mengaku salah karena mengendarai motor sambil melihat Google Map di HP. Di sini, permintaan maaf yang tulus itu sangat bikin “mak nyess” di hati. Emosi saya yang sudah muntub-muntub di ubun-ubun, seperti disiram air es yang didatangkan langsung dari Kutub Utara. Walaupun sederhana, tidak gampang orang untuk sekedar minta maaf. Padahal itu akan sangat berarti bagi orang yang “dilukai”. Perlu menurunkan ego yang tingginya sak tower Telkomsel dan berjiwa besar untuk mengucapkan permintaan maaf.
Dia berjanji akan mengganti kerusakan motor saya. Lalu dia memberi nomer HP-nya, alamatnya, sekalian memperlihatkan foto istrinya yang sedang hamil 9 bulan. Mak tratab… saya jadi trenyuh. Akhirnya saya menolak untuk diganti, toh cuma spion saja yg patah (bukan hati saya). Dan saya pun malah mendoakan dia supaya rejekinya melimpah dan persalinan istrinya lancar.
Oiya, Takjil itu singkatan dari Terpesona Aku Karo inJIL. Semoga dengan membaca Injil setiap hari, kita selalu dididik untuk berkelakuan dalam kebenaran oleh Roh Kudus. Amin.~EPM