Bacaan: LUKAS 15: 1–10
“Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” (Lukas 15:2)
Seringkali tanpa kita sadari kedudukan sebagai aktivis gereja atau bahkan hamba Tuhan menjadikan kita sombong rohani. Terlebih ketika kita merasa sudah ambil bagian dan punya andil besar dalam melayani Tuhan dan jemaat. Sehingga kita sering memandang sebelah mata atau memandang rendah mereka yang tidak aktif pelayanan, jarang berpersembahan, jarang beribadah, dll. Sementara kita merasa diri sudah begitu alim, saleh dan merasa layak menempati kedudukan termulia di hadapan Tuhan. Jika kita dihinggapi perasaan seperti itu, waspadalah! Saat kita merasa menjadi orang paling baik, paling benar, paling saleh, paling berjasa dalam pelayanan maka waspadalah kita mulai dihinggapi kesombongan rohani. Jika kita sudah merasa paling baik dan paling benar serta menghakimi mereka yang kita anggap tidak mau berpelayanan, tidak rajin beribadah, hidupnya berantakan sebagai orang-orang berdosa, sebagai “domba yang tersesat”, maka ingatlah firman Tuhan ini : “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.” (Roma 3:10-12).
Janganlah kita menilai seseorang berdasar standar pribadi, sehingga orang yang tidak memenuhi standar kita termasuk golongan yang tersesat dan hilang. Berhati-hatilah jangan sampai kita seperti orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang selalu menganggap pemungut cukai dan orang-orang berdosa sebagai orang yang harus dijauhi dan tidak layak bergaul dengan mereka.
Bahkan dalam doanyapun orang Farisi sangat merendahkan orang lain (bd. Lukas 18:11-12). Tuhan tidak membenarkan sikap tersebut, tetapi justru orang yang merasa dirinya berdosa dan tidak tidak layak itulah yang diterima dan mendapat anugerah pengampunan Tuhan.
Saudaraku terkasih, jangan-jangan kitalah domba yang hilang dan tersesat tanpa kita sadari. Kita yang mengaku sudah bertobat, sudah dibaptis, sudah mengakui percaya, aktif melayani Tuhan namun tidak ada perubahan hati, pikiran dan perilaku sebagaimana ciptaan baru. Kesombongan rohani tanpa kita sadari telah menyeret diri kita lebih jauh tersesat dibanding orang lain yang kita anggap tersesat. Sebab itu buang jauh-jauh perasaan sombong dan belajarlah rendah hati, agar hidup kita menjadi berkat dan selalu diberkati.
Amin, Tuhan Yesus memberkati.
~Lukas Istiadi