Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”
Minggu Palmarum merupakan sebuah peringatan Tuhan Yesus masuk ke Kota Yerusalem, dielu-elukan dan disambut sebagai Raja. Seperti sebuah penahbisan Yesus sebagai Raja, sebagaimana dipahami orang Yahudi yang berhadapan langsung dengan penguasa penjajah saat itu. Ada gerakan politik untuk melawan pemerintahan penjajahan Romawi. Maka kedatanganNya ke Kota Yerusalem hendak mereka gunakan untuk memobilisasi massa dalam sebuah demonstrasi besar-besaran: “Yerusalem Memanggil!”. Yesus bukanlah Raja Israel dalam arti politis, tapi Yesus adalah Raja Damai. Jadi Petrus juga tidak perlu menjadi pengawal seperti Mayor Teddy yang mengawal dengan mata plirak-plirik penuh waspada.
Ketika memasuki Kota Yerusalem, Tuhan Yesus naik keledai, bukan kuda, (apalagi N-Max). Pesan yang disampaikan adalah bahwa kedatangan Dia bukan sebagai Mesias yang akan memimpin mereka berperang untuk membebaskan orang Israel dari belenggu kolonialisme Roma. Keledai dalam tradisi Timur merupakan simbol damai. Namun orang Israel ingin Yesus itu sosok yang bisa bertindak seperti Daud yang bisa mengalahkan berlaksa-laksa musuh atau seperti Yosua yang memporak-porandakan Kota Yerikho.
Yesus justru memilih keledai untuk menunjukkan sikap rendah hati dan sederhana sebagai pemimpin, dan kita juga harus mau menjadi “keledai” yang dipakai oleh Tuhan Yesus. Menjadi jemaat Tuhan tidak boleh mager. Kok le pinuk men! Talenta dan karunia yang diberikan kepada kita harus digunakan saat diperlukanNya.
Tapi yo tidak terus mbungahi kalau sudah dipakai Tuhan. Jangan terus merasa bahwa sambutan lambaian daun palem, juga hamparan baju serta ranting di sepanjang jalan saat melintas itu untuk kita. Jangan merasa hebat ketika dieluk-elukan banyak orang.
Walaupun kadang kalau sudah melayani tetep “dielu-elukan”: “Elu tuh ye…. Jadi majelis kok gak satset…. Elu tuh ye… Jadi PPJ itu suaranya harus paling tidak kayak Lyodra…. Elu tuh ye… jadi PHB kok ndak kreatif babar blas. Mbok sekali-sekali telur Paskahnya diganti Kinderjoy biar anak-anak seneng…”.
Ya, memberi diri untuk melayani Tuhan memang harus belajar sabar dan rendah hati, karena semua itu untuk kemuliaan Tuhan. Semoga kita semua dimampukan. Mari bersama menghayati Minggu Palma. Tuhan Yesus memberkati.
~EPM