JUJUR? SIAPA TAKUT…

Bacaan: AMSAL 19: 1

“Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya daripada seorang yang serong bibirnya lagi bebal.” 

Merenungkan tentang sikap jujur pada masa sekarang, nampaknya bukan sesuatu yang gampang. Ungkapan orang Jawa melalui perkataan “jujur – kojur” atau “jujur – ajur” menggambarkan betapa nilai-nilai kejujuran menjadi barang mahal dan langka dalam kehidupan saat ini, khususnya di negara kita. Tetapi apakah kenyataannya memang demikian? Pertanyaan ini akan mengantarkan kita untuk merenungkan makna kejujuran bagi seorang anak Tuhan.

Firman Tuhan yang tertulis ”Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya daripada seorang yang serong bibirnya lagi bebal” (Amsal 19: 1) mengingatkan bahwa kejujuran itu jauh lebih penting dan lebih utama untuk dilakukan, daripada seseorang yang menjadi kaya raya tetapi kekayaan itu diperoleh dengan cara-cara dan perilaku yang tidak jujur, koruptif, menipu, membohongi, akal-akalan, dan sejenisnya, atau bahkan dengan cara “memakan” orang lain atau mengorbankan orang lain.

Penulis Amsal mengatakan “Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya…” , hal ini menjelaskan bahwa kekayaan duniawi yang diperoleh dengan cara “kotor” itu tidak ada artinya di mata Tuhan dan di depan manusia. Mengapa ini suatu prinsip yang penting?, karena ketika kita menghadapi situasi atau kondisi yang penuh tekanan finansial, godaan untuk membuang nilai-nilai kejujuran kita dan berbuat curang untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi teramat besar. Mungkin kita menjadi curang dalam hal pembelian suatu barang. Mungkin juga menaikkan atau menurunkan nilai suatu barang (memanipulasi atau ngothak-athik) atau properti supaya kita membayar pajak yang lebih rendah dari yang seharusnya.

Percayalah, Anda akan selalu kalah apabila membuat pilihan-pilihan demikian. Anda akan selalu kalah dalam jangka panjang ketika Anda telah kehilangan integritas, kejujuran Anda. Sebab inilah yang akan Anda bawa ke surga: karakter Anda dan bukan uang Anda.

Bunga atau keuntungan yang dihasilkan dengan cara yang tidak jujur akan mendatangkan masalah. Mengapa? Sebab jika hal tersebut membuat rugi orang lain, maka pada saatnya orang lain akan membuat Anda rugi pula. Jika Anda menipu orang lain, maka ada saatnya Anda pun akan ditipu orang. Apa yang Anda tabur, itu yang akan Anda tuai.

Keputusan untuk senantiasa mengedepankan kejujuran bukanlah keputusan satu kali untuk selamanya. Itu adalah keputusan yang harus kita buat setiap saat, dimana pun dan dalam situasi apa pun. Kita sering tergoda untuk berucap dan berbuat bohong, sebab terkadang kejujuran membuat kita menderita kerugian. Pernahkan Anda mengalaminya? Kadang karena kita menjunjung nilai-nilai kebenaran membuat kita tidak beruntung tetapi buntung, seperti ungkapan jujur kojur.

Namun, Allah berfirman bahwa apabila kita setia kepadaNya, maka kita tidak perlu khawatir tentang apa yang akan kita makan, kita pakai, atau apa pun yang kita perlukan. Tuhan tetap setia pada janji-Nya, “…jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.” (2 Timotius 2: 13).

Tuhan memberkati kita dan setiap orang yang berperilaku jujur.

~YS