HIDUP DALAM PANGGILAN TUHAN

Bacaan: 1 KORINTUS 7: 17

“Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah keteteapan yang kuberikan kepada semua jemaat.”

Minggu ini di sebagian gereja diperingati sebagai Bulan Penciptaan dengan mengusung tema ibadah “Memulihkan Keutuhan Ciptaan”. Hal ini berangkat dari persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dan dunia dimana alam dan lingkungannya tidak sedang baik-baik saja. Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh manusia akibat bencana alam, baik itu yang terjadi secara alami maupun akibat eksploitasi alam yang berlebihan.

Bila menilik dari kata “memulihkan”, itu berarti ada sesuatu yang tidak baik atau kalau boleh dikatakan sebagai kerusakan, sehingga hal tersebut harus segera diperbaiki atau dipulihkan. Bila kita melihat dari narasi penciptaan dalam kitab Kejadian, Tuhan menciptakan alam raya dan segala isinya dengan sangat amat baik. Dan semua ciptaanNya ditempatkan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing tanpa ada satu ciptaanpun yang diberi hak istimewa lebih superior dari ciptaan yang lain. Hal ini dapat terlihat dalam puncak karya ciptaan Allah, dimana pada hari ke tujuh Allah berhenti dan memberkati seluruh ciptaanNya dan melihat apa yang telah Ia ciptakan sungguh amat baik.

Tetapi akibat cidera manusiawi akibat dosa, keharmonisan seluruh ciptaan mulai berubah. Alam dieksploitasi secara besar-besaran. Manusia tidak hanya mengambil apa yang dia butuhkan tapi cenderung memuaskan hawa nafsunya semata tanpa memandang sesamanya, bahkan ciptaan yang lain dianggap lebih inferior dibanding dirinya, akibatnya daya dukung alam dan lingkungan menjadi rusak dan semakin susah menopang kehidupan di atasnya.

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengingatkan jemaat untuk kembali kepada panggilan hidupnya semula. Dimana tiap-tiap orang dipanggil untuk hidup seperti yang sudah sudah ditetapkan Allah seperti semula. Hidup yang semuanya berpusat pada Allah, seperti ketika manusia diciptakan pada awal mulanya. Namun karena manusia mengejar kesenangan duniawi akhirnya manusia jatuh dalam keserakahan dan bahkan ingin sama seperti Allah. Dari bacaan ini orang percaya kembali diingatkan untuk kembali kepada kehidupan yang sederhana, menikmati berkat yang telah Tuhan sediakan dan tetapkan, bukan hanya mengejar kesenangan dan kemewahan duniawi, karena semuanya itu hanya bersifat sementara.

Dengan hidup sederhana umat diajak untuk mengingat bahwa ada sesama kita juga yang perlu dilihat, diperhatikan, bahkan ditolong. Ada tanggung jawab manusia kepada ciptaan yang lain, bahwa dunia ini, alam dan lingkungannya adalah tempat hidup bersama bagi semua yang Tuhan ciptakan dan semua sama-sama diberkati oleh Tuhan. Dengan hidup sederhana akan menolong kita untuk Kembali kepada panggilan hidup kita mula-mula yaitu hidup yang telah ditentukan oleh Allah seperti ketika Ia telah memanggil dan menempatkan kita seperti semula. Jadikan Tuhan sebagai pusat sumber kehidupan kita maka kita akan dimampukan sebagai orang-orang yang memulihkan keutuhan ciptaan. Tuhan memberkati.

~SRL