DIA TIDAK BERAT, DIA SAUDARAKU

Bacaan: 1 YOHANES 4: 20

“Jika seorang berkata: “Aku mengasihi Allah”, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.”

Di Jepang ada sebuah foto yang mempunyai makna penting dalam hubungan kekeluargaan yang menggambarkan kekuatan sebuah kasih persaudaraan. Foto itu merupakan sepenggal kisah di Perang Dunia II (1945). Dalam foto itu tergambar seorang bocah Jepang  berdiri menunggu giliran kremasi adiknya yang sudah meninggal.

Pengambil foto itu mengatakan: “Bocah itu menggigit bibirnya begitu keras agar tidak menangis sehingga darah menetes dari sudut mulutnya.”

Saat itulah penjaga meminta: “Berikan padaku beban berat yang kamu bawa di punggungmu.” Bocah itu menjawab: “Dia tidak berat, dia saudaraku.” Di Jepang, bahkan sampai hari ini, foto tersebut digunakan untuk melambangkan kekuatan. “The Power of Love”. Kasih sayang antar saudara bukanlah sebuah beban melainkan berkat yang saling melengkapi.

Salah satu karakteristik yang paling dikenal dari bangsa kita adalah hidup dalam persaudaraan. Sungguh indah menyaksikan kehidupan persaudaraan yang tidak hanya terikat pada hubungan darah, tetapi karena sebuah nilai kekeluargaan berkat tinggal di wilayah yang sama saat menikmati kebaikan Allah..

Yesus menegaskan betapa pentingnya membangun persaudaraan bukan saja sebatas hubungan darah atau kecocokan, melainkan karena ketaatan melakukan firman-Nya. Yesus menganggap setiap orang adalah saudara-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Dia tidak memandang muka. Persaudaraan yang sejati bagi Yesus adalah mereka yang mendengarkan dan melakukan kehendak Allah.

Di masa sekarang dengan kondisi pandemi ini, diakui atau tidak, kehidupan telah bergeser dari hakikat hidup bersaudara. Hidup kebanyakan orang pada masa ini lebih mementingkan individu dan semangat mencari keuntungan pribadi. Hal ini juga nampak dalam kehidupan bergereja. Kenyataan itu mengakibatkan kehidupan yang indah dalam persaudaraan menjadi rusak. Bagaimana dengan gereja-Nya? Mungkinkah Dia menemukan hidup persaudaraan sejati itu dalam hidup umat-Nya? Marilah pada masa seperti sekarang ini kita kembali pada semangat persaudaraan dalam bergereja dengan kekuatan kasih yang dari pada Tuhan sendiri. Saling “berbagi” beban dan mengatakan “Dia tidak berat, dia saudaraku”.

~AI