ADVEN DAN SEKULARISASI NATAL

Bacaan: YESAYA 42: 3

 “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.”

Tidak terasa kita telah memasuki Minggu ke-4 dari masa Adven, masa dimana kita menanti kedatangan Tuhan. Menempatkan dan menghayati masa Adven dengan benar akan membantu dan membawa kita menghayati arti Natal yang sebenarnya.

Ketika memasuki awal masa Adven, kita mungkin telah disuguhkan kegiatan-kegiatan untuk menyambut Natal, atau bahkan sudah ada yang merayakan Natal pada masa Adven ini. Ketika kita berkunjung ke supermarket atau mall, maka kita akan disuguhkan segala pernak-pernik yang berhubungan dengan Natal, bahkan penawaran harga khusus yang berhubungan dengan Natal. Dan sebentar lagi, minggu-minggu ke depan kita mungkin akan disuguhkan dengan kotbah-kotbah tentang kelahiran Yesus di palungan dalam kesederhanaan dan kemiskinan.

Apakah hal tersebut telah dihidupi dalam keseharian kita? Bela rasa yang telah Tuhan tunjukkan dengan kehadiran dalam kesederhanaanNya apakah juga ditunjukkan gereja baik sebagai lembaga dan warganya? Atau itu hanya sebatas di mimbar dan gedung gereja? Kalau kita masih terjebak dalam situasi ini, maka kita tidak ada bedanya dengan lembaga-lembaga di atas, kita juga adalah pelaku sekularisasi Natal dengan cara yang berbeda.

Firman yang telah menjadi manusia, meninggalkan segala kemuliaanNya sehingga menjadi setara bahkan menempatkan diri lebih rendah dari manusia, datang untuk memulihkan dunia dan kehidupannya. Penyerahan diri sepenuhnya dalam ketaatan untuk pemulihan dunia ini.

 Keteladanan yang telah diberikan Yesus sepatutnya menjadi cara hidup kita dalam menghayati masa Adven – Natal ini. Bela rasa yang telah Allah lakukan kepada kita, juga kiranya dapat kita lakukan kepada sesama kita. Gaya hidup ugahari sepatutnya tidak cukup kita dengarkan dari atas mimbar dan hanya di gedung gereja, tetapi menjadi cara hidup yang dihidupi bersama terutama menghadapi masa-masa saat ini.

Selamat menghayati akhir masa Adven dan menyongsong Natal – bukan natal, sehingga bukan sekularisasi natal yang kita laukan, melainkan Natalisasi saeculum. Tuhan memberkati.                                       ~SRL